Karang Gigi (Calculus)


Karang Gigi

Sumber foto : Timor Leste News

Pengertian Karang Gigi


Karang gigi atau “calculus” terbentuk dari plak dan zat kapur yang berada di air liur. Plak sendiri terdiri dari lapisan bening di gigi ( perikel ) dan kuman. Karang gigi melekat erat dengan gigi dan hanya bisa di bersihkan dengan scaller, atau alat ekstraktor oleh dokter gigi. Warna karang gigi mula-mula kuning, lama-kelamaan dapat berwarna coklat atau kehitaman sesuai dengan kebiasaan seperti merokok atau minum kopi. Karang Gigi yang nama lainnya adalah calculus merupakan kotoran dalam mulut yang menempel di gigi dalam jangka waktu lama sehingga lama kelamaan akan mengeras dan membatu sehingga sulit untuk dibersihkan dengan gosok gigi. Dari segi penampilan karang gigi memang kurang sedap dipandang mata sehingga bagi yang memperhatikan penampilan sebaiknya membersihkannya dengan cara yang baik dan benar. Setiap orang beda-beda dalam menghasilkan karang gigi di dalam mulutnya. Ada yang mudah terbentuk dan ada pula yang lama terbentuknya tergantung kondisi lingkungan dalam mulut, kandungan salivanya.

Proses terbentuknya karang gigi

Plak yang menempel pada permukaan gigi kita terdiri atas, air ludah, sisa makanan dan bakteri. Plak yang tak dibersihkan akan menerima timbunan calsium yang bersumber dari air ludah, yang akhirnya termineralisasi dan mengeras kemudian membentuk karang gigi. Daerah yang merupakan muara kelenjar ludah mayor akan lebih mudah terjadi karang gigi yaitu di permukaan gigi rahang bawah yang menghadap lidah, dan permukaan gigi geraham atas yang menghadap ke pipi. Sedangkan cairan ludah akan membentuk karang gigi pada daerah di perbatasan gusi dengan gigi.

Macam-macam karang gigi
1.      Supra Gingival Calculus
Supra gingival calculus adalah calculus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Supra gingival calculus berwarna putih kekuningan, konsistensinya keras seperti batu clay dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan skaler. Warna calculus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau dari merokok.
Calculus supra gingiva dapat terjadi pada satu gigi, sekelompok gigi atau pada seluruh gigi, lebih sering banyak terdapat pada bagian bukal molar rahang atas yang berhadapan dengan ductus Stensen`s pada bagian lingual gigi depan rahang bawah yang berhadapan dengan ductus Wharton`s.
2.      Sub Gingival Calculus
Sub gingival Calculus adalah yang berada dibawah batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing dengan explorer. Sub gingival calculus biasanya padat dan keras, berwarna coklat tua atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti kepala korek api dan melekat erat kepermukaan gigi.

Akibat adanya karang gigi

                          Karang gigi mengandung banyak kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka kuman-kuman dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi tersebut.
Bila sudah infeksi maka masalah lebih lanjut bisa timbul. Penderita biasanya mengeluh bagian permukaa gigi nya terasa kasar, mulut berbau tak sedap, sikat gigi sering berdarah, bahkan adakalanya gigi dapat lepas sendiri dari jaringan penyangga gigi. Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang alveolar) akan menyebabkan tulang pernyangga gigi menipis sehingga pada perbandingan panjang gigi yang tertanam pada tulang dan tidak tertanam gigi akan goyang dan mudah tanggal.
Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman infeksi jaringan penyangga gigi juga dapat menyebar ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah, kuman dapat menyebar ke organ lain seperti jantung. Karena itu ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu oleh infeksi dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung (miokarditis) termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.

Artikel Lainnya:

Faktor Risiko Terjadinya Karies


FAKTOR RISIKO KARIES

 Sumber foto : Alodokter

Sumber Foto : Alodokter

1.      FAKTOR PENJAMU (HOST)
 Sumber foto : Wikipedia
Sumber Foto : Wikipedia
Faktor penjamu (host) terjadinya karies adalah gigi. Variasi morfologi gigi mempengaruhi resistensi tehadap karies. Permukaan oklusal gigi lebih mudah terken karies karena bentunya yang khas sehingga sulit dibersihkan. Susunan gigi berjejela dan saling tumpang tindih akan mendukung timbulnya karies, karena sulit untuk dibersihkan (suwelo, 1992). Gigi dengan fissure dalam mengakibatkan sisa makanan mudah melekat sehingga produksi asam oleh bkteri akan berlangsung cepat dan menimbulkan karies (tarigan, 1990).


2.      FAKTOR PENYEBAB (AGENT)


Sumber foto : Serba-serbi Dentistry
 Faktor penyebab (agent) terjadinya karies yaitu mikroorganisme. Karies gigi terjadi karena infeksi kronis kuman seperti steptokokus mutan yang mempunyi kemapuan membentuk plak. Menurut Kidd dan Bechal (1991), streptokokus mutan dan lactobacillus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu menghasikan asam dari karbohidrat yang diragikan.


3.      FAKTOR LINGKUNGAN (ENVIROMENT)


Sumber foto : Kompas lifestyle
Lingkungan (enviroment) meliputi saliva, cairan celah gusi dan fluor. Saliva mampu meremineralisasi karies yang masih dini karena mengandung ion kalsium dan fosfat. Kempuan remineralisasi akan meningkat jika ada ion fluor. Saliva mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, mempengaruhi pH sehingga jika aliran saliva berkurang atau menghilang maka karies akan tidak terkendali (Kidd dan Bechal, 1991).
Faktor lingkungan yang lainnya yaitu substrat. Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari dan menempel di permukaan gigi. Substrat mempengaruhi karies secara local di dalam mulut (Newbrurn, 1978 cit. Suwelo, 1992).
Makanan dan minuman yang mengandung gula akan diserap oleh plak dan dimetabolisme oleh bakteri. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkn pH plak sampai pada level yang mengakibatkan demineralisasi email. Berbagai karbohidrat dapat mengasilkan asam laktat, namun kariogenitasnya ditentukan oleh tiga factor yaitu, jumlah yang banyak di dalam diet, sukar dibersihkan dari mulut, dan cepat difermentasi oleh bakteri (Volker dan Finn, 1972 cit. Roeslan dan Sadono, 1997). Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik dan merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (Kidd dan Bechal, 1991).

Artikel Lainnya:

Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Kelompok Lansia

Latar Belakang

Sumber foto : lifestyle.okezone.com
Kesehatan merupakan salah satu unsur dalam pembangunan nasional yang berguna untuk peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia. Dengan masyarakat yang sehat,akan dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, dimana sehat menurut WHO adalah suatu keadaan jasmani, rohani, dan sosial yang sempurna, bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non diskriminatif dan norma - norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. (UU Kesehatan No.36 Tahun 2009). Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat termasuk kesehatan gigi dan mulut  bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui strategi pembangunan kesehatan agar tercipta masyarakat bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan gigi yang bermutu secara adil dan merata (Depkes RI, 2000).
Dalam UU RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menjelaskan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Indikator keberhasilan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut sesuai target nasional tahun 2010 adalah DMF-T ≤ 2, OHI-S ≤ 1,2, PTI ≥ 20%, CPITN ≥ 3 sextan sehat dan def-t < 2 ( Depkes RI, 2000). Menurut Riskesdas tahun 2018, gigi rusak dan berlubang pada kelompok umur 45 - 54 tahun sebesar 50.8, kelompok umur 55 – 64 sebesar 48.5,kelompok umur >65 tahun sebesar 38,6. Berdasarkan penelitian menunjukkan 95% penderita dengan umur lebih 65 tahun mempunyai penyakit periodontal, dan 70% penderita lansia membutuhkan perawatan periodontal (Astoeti, 2004).



DAFTAR PUSTAKA

1.  Ermawati Tantin, dkk. 2013. IbM KELOMPOK POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALISAT. Jember ; Universitas Jember
2. Fatmasari Diyah, dkk. 2015. ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA PASIEN DIABETES MELITUS. Semarang ; Poltekkes Kemenkes Semarang

Artikel Lainnya:

Video Animasi Gigi Berlubang

Cek yuk video gigi berlubang agar kita dapat meningkatkan kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut


Artikel Lainnya: