Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Kedu, Temanggung


      Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini ditempatkan di Kabupaten Temanggung, dan saya ditempatkan di Kecamatan Kedu bersama empat teman saya. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober - 8 November 2019 memberikan kesan yang sangat istimewa, karena udara Temanggung yang sejuk dan keramahan warga Temanggung membuat kami betah untuk PKL disana. Selain itu, hal yang membuat PKL ini istimewa karena merupakan PKL terakhir kami sebelum menghadapi skripsi :)


Adapun kegiatan-kegiatan yang kami laksanakan pada PKL ini, sebagai berikut :

Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Lansia

      Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok lansia bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut pada kelompok berkebutuhan khusus. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut kelompok lansia dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Oktober 2019, yang menjadi sasaran pelaksanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi adalah peserta Posyandu Lansia Desa Karangtejo, Kedu.


Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Prasekolah


     Pelayanan kesehatan gigi dan mulut kelompok anak prasekolah dilaksanakan pada hari Senin, 14 Oktober 2019, yang menjadi sasaran pelaksanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi adalah siswa TK Dharma wanita 2 Beji, Kedu.



Pelatihan Kader

   Untuk mewujudkan Indonesia bebas karies tahun 2030, dibentuklah UKGMD di setiap Posyandu Desa Salamsari. Dalam upaya untuk mendukung tercapainya hal tersebut, diselenggarakan pelatihan kader guna meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan kader dalam memberikan pelayanan dasar mengenai kesehatan gigi dan mulut serta memperkenalkan KMGS (Kartu Menuju Gigi Sehat) kepada para kader. Pelatihan kader Posyandu Desa Salamsari diselenggarakan pada tanggal 21-23 Oktober 2019 di Balai Kelurahan Desa Salamsari.


Epidemiologi Dental

      Kegiatan epidemiologi kesehatan gigi dilakukan pada tanggal 23-28 Oktober 2019. Epidemiologi dental bertujuan untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut masyarakat, khususnya pada warga dusun Kemiri, Desa Salamsari. Kegiatan epidemiologi dilakukan dengan survey kesehatan gigi, merekap data, memprioritaskan masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, implementasi pemecahan masalah dan evaluasi.


UKBM
     

     Pada aspek UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) dilakukan pembentukkan UKGMD di Posyandu Desa Salamsari dengan persetujuan dari pihak Puskesmas Kedu dan pihak Kelurahan Salamsari.




Sistem Informasi Kesehatan

   
    Sistem informasi kesehatan dilakukan dengan melakukan input data pada buku register dan melakukan input data pada SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas), kegiatan ini dilakukan selama kegiatan PKL berlangsung.




Penatalaksanaan Kuratif Terbatas




    Kegiatan Penatalaksanaan Kuratif Terbatas yang telah dilakukan yaitu pencabutan gigi susu, pencabutan gigi tetap akar 1, anastesi infiltrasi, dan cek plak gigi.





Terima kasih sudah membaca! See you :)

Artikel Lainnya:

Peningkatan Profesionalisme dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan yang Merata


Peningkatan Profesionalisme dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan yang Merata

Sumber Foto : Merdeka.com

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Kinerja sistem kesehatan telah menunjukkan peningkatan, antara lain ditunjukkan dengan peningkatan status kesehatan, yaitu: penurunan angka kematian bayi (AKB) dari 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Angka kematian ibu (AKI) juga mengalami penurunan dari 318 per 100.0000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007

Keadaan Tenaga Kesehatan

Pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan adalah untuk membentuk keahlian dan keterampilan tenaga kesehatan di bidang-bidang teknologi yang strategis serta mengantisipasi timbulnya kesenjangan keahlian sebagai akibat kemajuan teknologi. Pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan tidak terlepas dari sistem pendidikan nasional. Pengembangan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional, namun pembinaan teknis pendidikan tenaga kesehatan merupakan kewenangan Kementerian Kesehatan. Dalam upaya pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan, maka perlu perpaduan antara Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Kesehatan. Pada era otonomi daerah diterbitkan beberapa keputusan-keputusan antara lain, Keputusan Mendiknas No. 234 Tahun 2000 tentang Pedoman Pendidikan Tinggi dan Peraturan Menkes No. 1192 Tahun 2004 tentang Pendirian Diploma Bidang Kesehatan dapat diselenggarakan berdasarkan ijin dari Menteri Pendidikan Nasional setelah mendapat rekomendasi dari Menkes Republik Indonesia. Perkembangan institusi pendidikan tenaga kesehatan cukup tinggi. Jenjang pendidikan yang besar pertumbuhannya adalah jenjang pendidikan DIII dan DIV/ S1. Berikut ini adalah perkembangan program studi di bidang kesehatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Perkembangan distribusi tenaga kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1960 dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan. Undang-Undang ini menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab dalam pemerataan tenaga kesehatan. Selanjutnya dalam beberapa tahun kemudian, tenaga kesehatan melaksanakan Wajib Kerja Sarjana. Pada masa itu semua tenaga kesehatan, utamanya dokter, dokter gigi, perawat, bidan, sanitarian, dan ahli gizi diangkat sebagai pegawai negeri sipil pusat (PNS Pusat) dan ditempatkan ke daerah yang memerlukan untuk jangka waktu tertentu (antara 2 sampai 5 tahun sesuai dengan tingkat kesulitan daerah penempatan) melalui Inpres No. 5 Tahun 1974.

Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan

Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga dokter dan dokter gigi telah diatur dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Sebagai implementasi dari Undang-Undang tersebut, pada tahun 2005 telah dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia. Konsil Kedokteran Indonesia telah melaksanakan registrasi tenaga dokter dan dokter gigi, dengan menerbitkan Surat Tanda Registrasi (STR). STR dapat diterbitkan setelah dokter dan dokter gigi mengikuti dan dinyatakan lulus dalam uji kompetensi yang dilaksanakan oleh kolegium kedokteran dan kedokteran gigi. Berdasarkan STR, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menerbitkan Surat Izin Praktik (SIP). Untuk menjamin mutu pelayanan kedokteran/kedokteran gigi, seorang dokter/dokter gigi, hanya diperbolehkan praktik maksimal di 3 (tiga) tempat.

Upaya Menjawab Isu Strategis atau Masalah

Pokok dalam pengembangan tenaga kesehatan, Indonesia memiliki beberapa modal dasar antara lain: 1. Telah disahkannya beberapa aturan perundang-undangan terkait tenaga kesehatan. 2. Ikut sertanya Indonesia dalam meratifikasi aturan-aturan di tingkat Internasional terkait tenaga kesehatan seperti ‘International Code of Practice’. 3. Mulai terbangunnya komitmen diantara pemangku kepentingan terkait pengembangan tenaga kesehatan seperti terbentuknya Tim Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan. 4. Kepercayaan dunia Internasional semakin meningkat terhadap kualitas tenaga kesehatan Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya permintaan tenaga kesehatan Indonesia untuk bekerja di luar negeri.


Daftar Pustaka :

Kementerian Kesehatan (2011, 5 September). Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011 - 2025. Diakses pada tanggal 6 Desember 2019 dari  https://www.who.int/workforcealliance/countries/inidonesia_hrhplan_2011_2025.pdf

Artikel Lainnya:

Karang Gigi (Calculus)


Karang Gigi

Sumber foto : Timor Leste News

Pengertian Karang Gigi


Karang gigi atau “calculus” terbentuk dari plak dan zat kapur yang berada di air liur. Plak sendiri terdiri dari lapisan bening di gigi ( perikel ) dan kuman. Karang gigi melekat erat dengan gigi dan hanya bisa di bersihkan dengan scaller, atau alat ekstraktor oleh dokter gigi. Warna karang gigi mula-mula kuning, lama-kelamaan dapat berwarna coklat atau kehitaman sesuai dengan kebiasaan seperti merokok atau minum kopi. Karang Gigi yang nama lainnya adalah calculus merupakan kotoran dalam mulut yang menempel di gigi dalam jangka waktu lama sehingga lama kelamaan akan mengeras dan membatu sehingga sulit untuk dibersihkan dengan gosok gigi. Dari segi penampilan karang gigi memang kurang sedap dipandang mata sehingga bagi yang memperhatikan penampilan sebaiknya membersihkannya dengan cara yang baik dan benar. Setiap orang beda-beda dalam menghasilkan karang gigi di dalam mulutnya. Ada yang mudah terbentuk dan ada pula yang lama terbentuknya tergantung kondisi lingkungan dalam mulut, kandungan salivanya.

Proses terbentuknya karang gigi

Plak yang menempel pada permukaan gigi kita terdiri atas, air ludah, sisa makanan dan bakteri. Plak yang tak dibersihkan akan menerima timbunan calsium yang bersumber dari air ludah, yang akhirnya termineralisasi dan mengeras kemudian membentuk karang gigi. Daerah yang merupakan muara kelenjar ludah mayor akan lebih mudah terjadi karang gigi yaitu di permukaan gigi rahang bawah yang menghadap lidah, dan permukaan gigi geraham atas yang menghadap ke pipi. Sedangkan cairan ludah akan membentuk karang gigi pada daerah di perbatasan gusi dengan gigi.

Macam-macam karang gigi
1.      Supra Gingival Calculus
Supra gingival calculus adalah calculus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Supra gingival calculus berwarna putih kekuningan, konsistensinya keras seperti batu clay dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan skaler. Warna calculus dapat dipengaruhi oleh pigmen sisa makanan atau dari merokok.
Calculus supra gingiva dapat terjadi pada satu gigi, sekelompok gigi atau pada seluruh gigi, lebih sering banyak terdapat pada bagian bukal molar rahang atas yang berhadapan dengan ductus Stensen`s pada bagian lingual gigi depan rahang bawah yang berhadapan dengan ductus Wharton`s.
2.      Sub Gingival Calculus
Sub gingival Calculus adalah yang berada dibawah batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing dengan explorer. Sub gingival calculus biasanya padat dan keras, berwarna coklat tua atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti kepala korek api dan melekat erat kepermukaan gigi.

Akibat adanya karang gigi

                          Karang gigi mengandung banyak kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka kuman-kuman dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi tersebut.
Bila sudah infeksi maka masalah lebih lanjut bisa timbul. Penderita biasanya mengeluh bagian permukaa gigi nya terasa kasar, mulut berbau tak sedap, sikat gigi sering berdarah, bahkan adakalanya gigi dapat lepas sendiri dari jaringan penyangga gigi. Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang alveolar) akan menyebabkan tulang pernyangga gigi menipis sehingga pada perbandingan panjang gigi yang tertanam pada tulang dan tidak tertanam gigi akan goyang dan mudah tanggal.
Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman infeksi jaringan penyangga gigi juga dapat menyebar ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah, kuman dapat menyebar ke organ lain seperti jantung. Karena itu ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu oleh infeksi dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung (miokarditis) termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.

Artikel Lainnya:

Faktor Risiko Terjadinya Karies


FAKTOR RISIKO KARIES

 Sumber foto : Alodokter

Sumber Foto : Alodokter

1.      FAKTOR PENJAMU (HOST)
 Sumber foto : Wikipedia
Sumber Foto : Wikipedia
Faktor penjamu (host) terjadinya karies adalah gigi. Variasi morfologi gigi mempengaruhi resistensi tehadap karies. Permukaan oklusal gigi lebih mudah terken karies karena bentunya yang khas sehingga sulit dibersihkan. Susunan gigi berjejela dan saling tumpang tindih akan mendukung timbulnya karies, karena sulit untuk dibersihkan (suwelo, 1992). Gigi dengan fissure dalam mengakibatkan sisa makanan mudah melekat sehingga produksi asam oleh bkteri akan berlangsung cepat dan menimbulkan karies (tarigan, 1990).


2.      FAKTOR PENYEBAB (AGENT)


Sumber foto : Serba-serbi Dentistry
 Faktor penyebab (agent) terjadinya karies yaitu mikroorganisme. Karies gigi terjadi karena infeksi kronis kuman seperti steptokokus mutan yang mempunyi kemapuan membentuk plak. Menurut Kidd dan Bechal (1991), streptokokus mutan dan lactobacillus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu menghasikan asam dari karbohidrat yang diragikan.


3.      FAKTOR LINGKUNGAN (ENVIROMENT)


Sumber foto : Kompas lifestyle
Lingkungan (enviroment) meliputi saliva, cairan celah gusi dan fluor. Saliva mampu meremineralisasi karies yang masih dini karena mengandung ion kalsium dan fosfat. Kempuan remineralisasi akan meningkat jika ada ion fluor. Saliva mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, mempengaruhi pH sehingga jika aliran saliva berkurang atau menghilang maka karies akan tidak terkendali (Kidd dan Bechal, 1991).
Faktor lingkungan yang lainnya yaitu substrat. Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari dan menempel di permukaan gigi. Substrat mempengaruhi karies secara local di dalam mulut (Newbrurn, 1978 cit. Suwelo, 1992).
Makanan dan minuman yang mengandung gula akan diserap oleh plak dan dimetabolisme oleh bakteri. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkn pH plak sampai pada level yang mengakibatkan demineralisasi email. Berbagai karbohidrat dapat mengasilkan asam laktat, namun kariogenitasnya ditentukan oleh tiga factor yaitu, jumlah yang banyak di dalam diet, sukar dibersihkan dari mulut, dan cepat difermentasi oleh bakteri (Volker dan Finn, 1972 cit. Roeslan dan Sadono, 1997). Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik dan merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (Kidd dan Bechal, 1991).

Artikel Lainnya:

Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Kelompok Lansia

Latar Belakang

Sumber foto : lifestyle.okezone.com
Kesehatan merupakan salah satu unsur dalam pembangunan nasional yang berguna untuk peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia. Dengan masyarakat yang sehat,akan dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, dimana sehat menurut WHO adalah suatu keadaan jasmani, rohani, dan sosial yang sempurna, bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non diskriminatif dan norma - norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. (UU Kesehatan No.36 Tahun 2009). Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat termasuk kesehatan gigi dan mulut  bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui strategi pembangunan kesehatan agar tercipta masyarakat bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan gigi yang bermutu secara adil dan merata (Depkes RI, 2000).
Dalam UU RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menjelaskan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Indikator keberhasilan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut sesuai target nasional tahun 2010 adalah DMF-T ≤ 2, OHI-S ≤ 1,2, PTI ≥ 20%, CPITN ≥ 3 sextan sehat dan def-t < 2 ( Depkes RI, 2000). Menurut Riskesdas tahun 2018, gigi rusak dan berlubang pada kelompok umur 45 - 54 tahun sebesar 50.8, kelompok umur 55 – 64 sebesar 48.5,kelompok umur >65 tahun sebesar 38,6. Berdasarkan penelitian menunjukkan 95% penderita dengan umur lebih 65 tahun mempunyai penyakit periodontal, dan 70% penderita lansia membutuhkan perawatan periodontal (Astoeti, 2004).



DAFTAR PUSTAKA

1.  Ermawati Tantin, dkk. 2013. IbM KELOMPOK POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALISAT. Jember ; Universitas Jember
2. Fatmasari Diyah, dkk. 2015. ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA PASIEN DIABETES MELITUS. Semarang ; Poltekkes Kemenkes Semarang

Artikel Lainnya:

Video Animasi Gigi Berlubang

Cek yuk video gigi berlubang agar kita dapat meningkatkan kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut


Artikel Lainnya:

Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat pada Ibu hamil

LATAR BELAKANG


UKBM kesehatan ibu hamil
sumber gambar : doktersehat.com
Kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks yang merupakan kompilasi dari berbagai masalah. Menurut Hendrik L.Blum, pengaruh terbesar adalah lingkungan dan sekarang mulai bergeser menjadi perilaku. Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang memengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Peran penting pelayanan kesehatan dalam menentukan status kesehatan masyarakat harus diimbangi dengan ketersediaan fasilitas tersebut yang harus diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, keterjangkauan dan pemberi pelayanan. 

Selain lokasi dan tenaga kesehatan, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan juga dipengaruhi oleh informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas, dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri. Di masyarakat terdapat beberapa pelayanan kesehatan baik primer, sekunder maupun tersier. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) merupakan bentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang dikelola oleh masyarakat. Beberapa bentuk UKBM yang dikenal adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin desa) dan Desa Siaga. Keberhasilan pelaksanaan UKBM ini tidak terlepas dari peran masyarakat sebagai pelaksana dan penerima pelayanan kesehatan, sehingga perlu dilakukan kajian mengenai penggunaan UKBM oleh masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Nita Arisanti, Deni K Sunjaya. “GAMBARAN PEMANFAATAN UPAYA KESEHATAN BERSUMBER MASYARAKAT DI KECAMATAN JATI NANGOR”. JSK. Vol 1. No 1. 2015. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran

Aderia Putri Prasanti. PPT “POLINDES”. IKM A 2011

Wijono, D. 1997. Manajemen Kepemimpinan Dan Organisasi Kesehatan. Airlangga. Surabaya 

Depkes RI. 2994. Pedoman Pembinaan Teknisi Bidan di Desa. Dit.Jend.Binkesmas, Depkes RI. Jakarta

Artikel Lainnya: